14 Sep 2025
Penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam dunia kreatif kini kembali menjadi perbincangan hangat, terutama setelah Garena, perusahaan game ternama di Indonesia, diduga menggunakan karakter AI viral “Tung Tung Sahur” dalam game Free Fire tanpa izin dari kreator aslinya. Karakter ini pertama kali populer sebagai bagian dari tren AI anomaly prompt dan banyak digunakan oleh netizen di media sosial.
Garena diketahui merilis bundling karakter “Tung Tung Sahur” yang dapat dibeli oleh pemain sejak 13 Juni 2025, sehingga memicu pertanyaan: Apakah karya AI seperti ini bisa dilindungi hak cipta?
Karakter AI “Tung Tung Sahur” pertama kali diperkenalkan oleh kreator bernama Noxa, yang menggunakan teknologi AI untuk menghasilkan karakter unik dan ikonik. Ketika karakter tersebut muncul sebagai bagian dari skin di game Free Fire, Noxa menyampaikan protes terbuka melalui media sosial karena penggunaan karakter itu dilakukan tanpa izin resmi.
Noxa mengungkapkan bahwa meskipun karya AI belum sepenuhnya diakui dalam sistem hukum, seharusnya tetap ada etika bisnis dalam penggunaan karya kreatif. Unggahannya diduga ditujukan langsung kepada Garena, menyoroti minimnya penghargaan terhadap kontribusi kreator.
Perdebatan Warganet: AI, Hak Cipta, dan Etika Penggunaan
Isu ini segera menyulut perdebatan luas di kalangan warganet. Sebagian mendukung Noxa dengan alasan bahwa meskipun karakter dihasilkan menggunakan AI, ide dan arahan kreatif tetap berasal dari manusia. Mereka berpendapat bahwa Garena setidaknya harus meminta izin sebelum memanfaatkan karakter tersebut secara komersial.
Di sisi lain, ada pula yang membela Garena, menyatakan bahwa karya buatan AI tidak dilindungi Hak Cipta secara hukum, karena bukan hasil karya manusia sepenuhnya. Mereka merujuk pada ketentuan hukum saat ini yang belum memberikan pengakuan resmi terhadap karya non-manusia.
Namun, muncul pula pandangan yang menilai bahwa meskipun hukum belum memberikan perlindungan, penggunaan tanpa izin tetap melanggar etika dan bisa merugikan reputasi perusahaan di mata publik.
Dalam akun TikTok pribadinya, Noxa menegaskan bahwa ia tidak ingin mempermasalahkan Hak Cipta secara hukum, melainkan menyoroti aspek etika dalam praktik bisnis. Menurutnya, Garena seharusnya meminta izin terlebih dahulu sebelum menggunakan karakter “Tung Tung Sahur”, terlepas dari apakah karya tersebut secara hukum dilindungi atau tidak.
Pada 20 Juni 2025, Noxa mengunggah klarifikasi lanjutan bahwa dirinya telah bertemu langsung dengan pihak Garena dan membahas isu ini secara dua arah. Ia kembali menegaskan bahwa yang dibutuhkan bukan pengakuan hukum semata, melainkan pentingnya etika untuk meminta izin sebelum menggunakan karya kreatif seseorang, dalam hal ini karakter “Tung Tung Sahur” untuk kepentingan komersial dalam game.